Keris: Senjata bukan Tuhan

 

Keris Pamor Wos Wutah.jpg Lillahimafissamawati wal ardh

Catatan Pembuka

Keris adalah senjata tradisional yang berasal dari Jawa. Sebagai salah satu senjata, keris diciptakan dengan teliti dan rapi serta melalui perhitungan yang sangat matang. Menurut Bambang Harsinuksmo dalam Ensiklopedi Keris, Keris pertama ditemukan di Jawa pada sekitar abad ke 7 Masehi. Pada saat itu, bentuk keris masih sangat sederhana. Pecinta keris menyebutnya sebagai BETHOK sebagaimana terpampang dalam salah satu relief di Candi Borobudur.

Terdapat paling tidak dua bentuk standar keris yaitu keris lurus (lajer) atau keris berliku (luk). Selain itu, Keris juga dilengkapi dengan banyak sekali rincian yang hampir pada setiap perbedaannya memiliki nama tersendiri.

Setiap bilahan keris terdiri dari tiga bagian utama yaitu Bilah, Ganja (bagian bawah keris) dan Pesi (pegangan keris). Tiap bagian memiliki ciri tertentu dengan nama-nama tertentu pula. Keris-keris ini  juga masih dilengkapi dengan sarung (warangka) sebagai upaya membuat keris lebih terawat yang biasanya terbuat dari kayu (ada juga yang terbuat dari gading, tulang, viber dll) dengan teknik hiasan yang beragam. Biasanya, keris yang indah juga memiliki sarung yang Indah. Dalam pameran keris di Benteng Vrederberg bebebapa waktu lalu, saya pernah melihat sarung keris yang luar biasa indah dan priceless. Keris dari Lombok ini memilki gagang dan sarung yang terbuat dari Gading. Di gading tersebut diukir sebuah kisah di kerajaan tempat keris berasal. Dikisahkan dalam ukiran gading bahwa sang Putri yang kecewa karena keputusan sang raja ayahnya akhirnya menceburkan diri ke laut. Dalam kasus seperti ini, keris dan sarungnya merupakan barang yang tidak terpisahkan.

Perlengkapan dasar keris selain Warangka adalah Pendok (kecuali pada warangka sandang walikat), Selut (hiasan yang menyatukan Ganja dengan pegangan keris), dan Ukiran (pegangan keris). Pendeknya, menghapalkan seluruh bagian keris secara kasat mata dapat menjadi pelajaran setara S-1 karena rumit, banyak jenisnya dan banyak cabangnya. Sehingga seorang ahli keris yang hapal perbedaan satu dapur keris dengan dapur lainnya adalah mereka yang sudah lama menekuni dan mencintai keris.

Hampir semua orang hebat di negeri ini memiliki keris. Mulai dari para wali-wali songo (wali sembilan yang paling berpengaruh terhadap penyebaran agama Islam di Jawa), Raja-raja di seluruh nusantara sejak jaman abad 7, Pangeran Diponegoro, Soekarno, Sudirman, Soeharto dan lain-lainnya. Walaupun bisa jadi fungsinya berbeda, tetapi pada dasarnya keris adalah senjata. Untungnya semua orang ini masih mencoba melestarikan budaya keris. Pernah suatu ketika, sebagaimana dimuat di majalah Keris edisi awal, pada saat Megawati menjabat sebagai Presiden RI, dilakukan penghitungan ulang terhadap seluruh pusaka berbagai bentuk milik alm Soekarno, ayahnya, yang teletak di beberapa istana presiden. Jumlahnya totalnya ada 178 buah. Tidak percaya dengan angka keramat tersebut. dilakukan penghitungan 3 kali lagi dan ternyata hasilnya tetap berjumlah 178, sebuah penerjemaan angka dari 17- 8 (agustus).

Tulisan ini akan mencoba berefleksi dengan keris sebagai senjata dan warisan budaya di satu sisi dengan anggapan mitos dan ketakutan syirik di sisi yang lain. Bambang H menyebut keris memiliki dua sisi sekaligus yaitu eksoteri dan isoteri. Eksoteri membahas tentang teknik dan bentuk kasat mata dari sebilah keris sedangkan isoteri membahas tentang “sesuatu” yang tidak kasat mata dari keris. Argumen  akan disajikan berkaitan dengan pandangan umum yang melihat keris identik semata-mata dengan klenik dan syirik, tanpa melihat dan mengetahui sedikit lebih dalam tentang keris. Bahasan tentang eksoteri  keris akan disajikan lebih dahulu, diikuti oleh kupasan tantang isoteri sebagai elemen-elemen dalam keris. Walaupun ditulis oleh orang awam, penulis berharap tulisan ini bermakna bagi pembaca di tengah rimba raya dunia perkerisan, oleh karena itu, pembaca diharapkan mengikuti link-link yang tersebar di seluruh tulisan untuk mengetahui lebih dalam tentang keris. Satu lagi, klasifikasi yang terurai di bawah ini bukan mutlak karena begitu variatifnya ilmu tentang tosan aji satu ini.

Eksoteri

Salah satu bagian paling penting dalam eksoteri keris adalah teknik pembuatan keris. Teknik pembuatan keris dilakukan dengan menghilangkan elemen-elemen yang tidak signifikan atau mengganggu melalui proses penempaan, pukulan dan lipatan-lipatan. Proses ini bertujuan untuk mendapatkan intisari dari bahan-bahan pembuat keris. Menurut Mpu Djeno, dari sekitar 6-7 kg (bahkan beberapa ada yang lebih dari 13 kg) bahan baku pembuat keris yang bermacam-macam, tergantung hasil yang diinginkan, hanya akan menjadi 3 0ns – 5 ons keris yang indah. Dengan demikian hanya akan dihasilkan inti dari bahan awal pembentuk keris. Teknik pembuatan keris ini di beberapa negara dikenal sebagai teknik Besi Damascus dan tetap digunakan hingga kini.Teknik ini memahami betul bahwa benda tipis dan kecil akan menjadi semakin kuat jika terdiri dari beberapa lapisan. Semakin banyak lipatannya semakin kuat. Keris memiliki lipatan terkecil 32 dan ada yang mencapai ribuan lipat dari 1,2, 4, 8, 16, 32, 64 dst. Pembuat pisau terkenal di Bali dan Bandung yang melayani pesanan dari tentara menggunakan teknik ini (kalau tidak salah merknya Rhino).  Selain itu, ketika saya berjalan-jalan di beberapa toko pisau di Canada, Belanda dan Australia, beberapa pisau yang mahal memiliki tampilan mirip keris yang juga dibuat dengan teknik lipatan.

Baca Juga:  Bracing for first female sultan

Bahan baku keris berasal dari lebih 120 komponen yang sebagian besar sudah sulit didapatkan saat ini. Dalam pertemuan dengan almarhum Mpu Djeno Harumbrojo, sekitar tahun 2004, beliau menuturkan bahwa tidak mudah (bahkan sangat susah untuk manusia jaman sekarang yang maunya instan) untuk membuat sebilah keris. Menurut beliau, untuk mendapatkan keris yang diinginkan, dibutuhkan logam dari berbagai tempat di Indonesia. Nah, Salah satu  bahan yang paling sulit didapatkan adalah bahan yang berasal dari Meteor. Mpu Djeno adalah keturunan terakhir Mpu di kerajaan Mataram. Kebetulan beliau tidak memiliki keturunan. Sampai dengan akhir hayatnya, pesanan keris untuknya masih menumpuk karena keterbatasan tenaga.

Menurut Mpu Djeno, Meteor yang dimiliki Kraton Yogyakarta sekarang ini hanya tersisa beberapa kilogram saja, ketika beliau membuat keris pesanan HB IX, batu meteor dipotong sedikit untuk dipakai sebagai bahan. Kraton Surakarta memiliki lebih banyak stok yang ditandai dengan adanya Kandjeng Kyai Meteor di Kasunanan Surakarta. Akibat terbatasnya bahan-bahan pembuat keris, saat ini, mpu-mpu muda dari Aeng Tong Tong Sumenep Madura lebih banyak menggunakan bahan nickel sebagai pengganti meteor sebagai usaha untuk memunculkan pamor, walaupun sepintas hasilnya tidak kalah dengan mpu jaman dulu. Pendeknya, saat ini setidaknya keris terdiri dari tiga unsur utama yaitu, besi, baja dan pamor.

Mpu mumpuni seperti Almarhum Djeno yang membuat keris dengan teknik tradisional membutuhkan waktu lebih dari enam bulan untuk menghasilkan sebuah keris dengan tingkat kesulitan sedang. Untuk membuat sebuah masterpiece, seorang mpu tidak segan membuat hanya satu bilah keris seumur hidupnya. Melalui sistem pembuatan keris yang lebih modern, mpu muda jaman sekarang mampu menyelesaikan keris dengan lebih cepat karena dapat menciptakan suhu 1200 drjt Celcius dengan lebih stabil. Namun demikian, sulitnya membuat keris juga didasarkan atas sifat keris dibuat berdasarkan pesanan dan tidak bersifat massal, sehingga disesuaikan dengan keinginan dan karakter pemesannya. Dalam filosofi Jawa, Keris menjadi semacam identitas pribadi yang unik.

Saat ini, pecinta keris umumnya memiliki kriteria tertentu untuk menilai sebuah keris baik dari sisi eksoteri, maupun isoterinya. Beberapa kriteria pokok antara lain, Tangguh (masa pembuatan), Sepuh (umur keris), dan Wutuh (keutuhan bilah). Harga jual keris banyak ditentukan oleh ketiga faktor tersebut. Semakin tua dan semakin utuh sebuah keris, harganya semakin mahal. Sebauah pengecualian tentu saja diberikan kepada keris yang memang sudah mahal sejak awalnya karena hiasan intan, permata, emas dan gading yang menjadi pelengkap sebuah keris, baik di bilah maupun di warangkanya.

Isoteri

Isoteri keris selalu menjadi misteri, baik bagi pemilik keris, komunitas tedekatnya misalnya keluarga dan lingkingan yang lebih luas. Isoteri keris merupakan pengalaman individual pemilik keris yang seringkali tidak dapat diceritakan kepada orang lain, cukup dinikmati sendiri dan menjadi pengayaan pribadi. Banyak orang menganggap isoteri sebuah keris sebagai tuah keris dan menjadi salah satu alasan penting bagi kolektor keris untuk memilikinya.

Baca Juga:  Boki Nita dan Tradisi Suksesi Kasultanan Perairan

Walaupun seringkali tidak memiliki kaitan langsung, isoteri keris banyak dihubungkan dengan racikan keris. Terdapat lebih dari 38 karakter yang mempengaruhi sebuah keris. Setiap karakternya yang terdiri dari jenis yang jumlahnya bisa mencapai puluhan jenis. Artinya, faktor exotery ini sangat berpengaruh terhadap isoteri. Kombinasi dari ricikan menentukan bentuk dasar dari keris yang diberi nama berdasarkan ciri-ciri tertentu (dapur) .

Setidaknya, terdapat dua hal subordinant yang menjadi perhatian dalam menentukan tuah sebilah keris, yaitu dapur dan pamor. Pamor adalah bagian dari dapur yang menunjukkan “gambar” tertentu yang merupakan kreasi di satu sisi dan ketidaksengajaan di sisi lainnya dari seorang empu pembuat keris. Bentuk pamor ini merupakan hasil dari teknik tempaan dan lipatan yang dilakukan. Pamor yang dibuat sengaja oleh seorang empu diperoleh dengan mengubah sudut tempaan, tekanan, panas dls. Pendeknya sang empu berusaha membuat gambar pada logam menyala yang di lipatnya pada suhu 1200 derajat celcius. Pamor Melati Rinonce misalnya, dalam bilah keris, sang empu berusaha membuat bunga-bunga melati yang digandeng dari bawah sampai atas dengan komposisi yang sama dan terstruktur. Karena itu, Pamor diberi nama berdasarkan bentuk gambarannya. Nama-nama pamor berikut misalnya, dipercaya memiliki tuah untuk mendatangkan rejeki antara lain Beras Wutah (Wos Wutah), udan mas, pedaringan kebak, segara wedi dls. Ada pula pamor yang dipercaya membawa tuah yang buruk bagi beberapa daerah misalnya pamor buntel mayit.

Antara Senjata dan “Tuhan”

Pada awalnya keris diciptakan sebagai sebuah senjata. Keris merupakan senjata tusuk yang dipakai untuk berperang. Ujung bilah dan bagian sisi keris yang dibuat tajam (baik pada keris lajer dan luk) diasah saat pertama kali dibuat, dipakai sebagai senjata tusuk untuk menembus kulit dan merobek daging. Beberapa keris yang berbentuk melingkar (luk) bertujuan untuk memperlebar luka pada musuh. Budaya jawa yang menyandingkan keris sebagai bagian dari baju adat jawa merupakan bukti lain bahwa keris adalah senjata (gaman) pada masa lalu yang idealnya dibawa kemana-mana. Walaupun pendapat ini banyak ditentang pecinta keris karena keris lebih banyak dipakai sebagai “sipat kandel” atau menguat Percaya Diri, bukan sebagai senjata tikam. Eh toh, Trunajaya juga ditikam dengan keris oleh Amangkurat, Aryo Penangsang pun terurai ususnya oleh keris, sebelum ditikam Tombak Kandjeng Kyai Pleret yang merupakan pusaka tertinggi di Kraton Yogyakarta.

Ironisnya keris saat ini lebih dikenal sebagai bagian dari klenik dan syirik. Ketika bangsa Indonesia generasi facebook saat ini melihat keris, langsung diasosiasikan negatif. Keris dilihat sebagai sarana meruntuhkan iman dengan kandungan klenik yang seolah-olah inherent didalam tiap bilah keris. Temen saya di utara Jogja sana, sempat mendapatkan komentar miring dari tetangganya ketika secara kebetulan tetangganya melihat teman saya itu “nglolosi” atau melepas salah satu koleksinya untuk diminyaki sebagai perawatan rutin keris. Teman saya yang kebetulan rajin ke masjid ini langsung dicomment “rajin sholat kok suka keris”. Emangnya kenapa, so what gitu lho???

Saya memprediksi, keris bernasib serupa dengan Al Quran. Di beberapa tempat di rural area Indonesia. Al Quran umumnya ditempatkan di tempat yang tinggi, di atas lemari biasanya, dan menjadikannya justru sulit dibaca. Pandangan sebagai kitab suci menjadikan sebagian orang harus melakukan ritual bersuci (berwudhu) sebelum membaca Al Quran dan berusaha memahami isinya. Proses penyucian diri ini tentu saja tidak salah, dianjurkan memang, yang menjadi keprihatinan adalah prosedur-prosedur itu seringkali menghalangi upaya belajar Al Quran itu sendiri, even terjemahannya. Sehingga sangat mudah menemukan Al Quran yang berdebu karena jarang dibaca. Quran menjadi sesuatu yang sulit diakses karena repotnya prosedur untuk mengaksesnya. Lha mau berlajar saja susah, apalagi mengerti? Saya tidak tahu kapan hal ini dimulai. Dugaan saya, penjajahlah yang memulainya. Bagaimana menjauhkan manusia dari ilmu hakikinya adalah dengan memberikan syarat yang merepotkan untuk belajar. Akibatnya kita menjadi bodoh dan tidak memiliki semangat perlawanan. Ujung-ujungnya kita menjadi lebih mudah dikibuli dan dijajah.

Baca Juga:  Polemik Riwayat Hidup

Keris, saya kira mengalami masalah yang sama. Sebagai salah satu sarana untuk menjauhkan orang Indonesia dari senjatanya adalah dengan cara menciptakan mitos pada bilah yang sebenarnya menunjukkan keindahan mahakarya sebuah budaya. Kultur bangsa ini yang masih memegang teguh semangat rukun (harmony and helpfullness), menjadikan obrolan tetangga adalah sebuah sumber kebenaran signifikan. Akibatnya, lambat laun dapat kita temukan dampaknya saat ini. Melihat keris adalah melihat “tuhan” yang lain.

“tuhan-tuhan” yang Bertebaran

Jika kita ingin jujur, dunia modern menciptakan “illah-illah” yang bertebaran di mana-mana. Illah yang tidak hakiki itu bisa kita temukan mulai dari obat sakit kepala, dokter, rumah sakit, bos, dosen dls. Ketika kita percaya bahwa Paramex adalah penghilang rasa sakit kepala, ketika hanya dengan dokter anu penyakit kita bisa sembuh, kita sudah tergelincir untuk menciptakan illah temporer dalam hidup kita. Bahwa keyakinan tentang seluruh hal yang terjadi dalam diri kita adalah sepengetahuan dan dengan kehendak Allah satu-satunya Illah yang wajib kita sembah, entah hilang ke mana. Selama ini, asumsi syirik dekat dengan hal yang tradisional, padahal modernitas (baca: Kapitalisme) menyergap dengan sangat dasyat. TV dan segenap komponen iklannya adalah propaganda kemusrikan itu. Orang mencibir kemungkinan syirik di sebilah keris yang selalu tertutup warangkanya, tapi lupa pada “berhala besar” yang bernama Rumah Sakit dimana jutaan orang setiap hari datang untuk “memuja” kesembuhan dalam biomedicines.

Pendeknya, syirik dapat ditemukan dengan mudah dan tidak melulu harus dan melalui keris. Pada saat kita menjauhi keris, bule-bule di luar sana diam-diam belajar tentang bagaimana keris bisa dibuat, bagaimana bangsa ini ternyata luar biasa kaya dalam teknik tempa.  Temuan tentang pisau di beberapa negara bisa menjadi indikasinya. Akibatnya tentu bisa ditebak, penjajahan akan terus berlangsung. Sebagaimana pesan almarhum pak Bambang di bukunya yang kurang lebih berisi, jangan biarkan anak cucu kita belajar keris dari bangsa lain”

Namun demikian, patut diakui ada beberapa keris yang konon menjadi tempat tinggal jin tertentu. Sehingga keris menjadi cocok-cocokan kepada seseorang. Jika anda percaya bahwa kerislah yang menjadikan kesuksesan dan ketidaksuksesan pada diri anda, anda patut bertanya tentang keimanan anda. Masalahnya, pendapat inilah yang lebih sering muncul di masyarakat walau keris bertuah, sebut saja begitu, makin sulit ditemui. Misalnya, keris dengan pamor Wos Wutah, atau Beras Tumpah, dipercaya akan membawa rejeki kepada pemiliknya, mirip dengan pamor Udan Mas, atau hujan emas. Bisa jadi, nama pamor itu sengaja diciptakan untuk meningkatkan nilai jual sebuah keris, plus bumbu-bumbu kleniknya. Nah, penyebar klenik ini yang seringkali harus disadarkan karena menyebarkan kesyirikan.

Tapi ngomong-ngomong, semua yang ada di keraton itu memang sengaja dijadikan keramat untuk memperjelas jarak antara keraton dengan rakyat. Symbol, mitos, busana, gelar dan bahasa diciptakan untuk memperjelas perbedaan tersebut. Hal ini dilakukan untuk memperkuat legitimasi kekuasaan yang memang selalu ditantang. Kisah keris yang dimitoskan mirip dengan kereta-kereta di museum kereta Kraton Yogyakarta yang diberi nama Kiai dan dimandikan pada waktu tertentu. Padahal, setiap bagiannya adalah buatan pabrik.

Hal ini ditiru oleh Mirota Batik di Malioboro dengan menempatkan menyan dibawah kereta kuda yang ada di depan toko yang menjadi aksesoris toko agar tak diduduki. Saya sih hanya tertawa, dan tetap saja duduki, lha gak ada kursi.

Jadi kalau anda suka keris karena isoterinya monggo, karena eksoterinya juga monggo, toh nanti juga ditanya malaikat sendiri-sendiri.

Tulisan ini merupakan wujud apresiasi atas usaha banyak pihak yang akhirnya menjadikan keris sebagai the world’s intangible heritage yang harus dilestarikan.

Liputan tentang Keris:

Print Friendly, PDF & Email
Be Sociable, Share!

Comments

comments

24 Replies to “Keris: Senjata bukan Tuhan”

  1. mas, akhirnya aku “mbopong” satu..lha aku merasa jadi orang jawa kiye 😀 lha boleh nempil warangka yang nganggur di rumah ga bos?
    soal yang nglolos keris di cerita di atas, kok kayaknya saya kenal yak? kekekekeekek
    trus tentang keris dan qur’an yang “dilebih-lebihkan” perlakuannya sehingga kita sering ga sadar hal tersebut justru membuatnya berjarak dg kita…bukankah kita sbg wong jowo sudah diwanti2 di tulisan jawa? huruf jawa mati jika di”pangku”!
    overall…kurang panjang tulisannya, shg beberapa bagian “pengantar” ide ga sempat ketulis, bakalan susah bagi orang2 di luar inner circle mas bayu untuk paham tulisan ini 🙂

    Bayu Dardias:

    Beberapa bagian telah diperbaiki agar mudah dimengerti

  2. matur nuwun commentnya mas danang, ini memang baru trial hehehhe, akan diperbaiki dalam beberapa hari. Biasanya memang mas danang cocok utk yang edisi trial 🙂

  3. 1. bagus-bagus. orang arab punya pedang, orang jepang samurai, orang jawa ya keris.
    2. setuju komentar mas danang, butuh komentar yang lebih ‘elicit’

  4. wah tulisannya boleh juga mas. saya jadi tertarik untuk bisa tahu lebih banyak tentang keris.

  5. wah tulisannya boleh juga mas. saya jadi tertarik untuk bisa tahu lebih banyak tentang keris.

    punya referensi banyak mas? kalau ada bagi2 dong dalam bentuk tulisan yang bisa kita baca bersama-sama.

    Bayu Dardias
    Thanks Candra, Tulisan lain tentang keris akan menyusul secepatnya. Sekali lagi, saya orang awam keris, sekedar penikmat warisan nenek moyang.

  6. q punya keris dgn pamor buntel mayit panjang kurag lebih 70cm dengan luk 13 aku masih ragu bener ngak keris ini asli atau bukan klo rekan 2x tau gimana cara untuk memastikan keris ini asli atau bukan tolong e-mail aku yah?????

    Bayu Dardias
    Waduh mas Mahardica, seperti saya bilang di tulisan saya, saya orang awam yang mencoba belajar tentang budaya tinggi masa lalu. Sekedar tips, dilihat dari Eksoteri nya atau di tayuh untuk melihat isoterinya.

  7. Keris,Suatu kreasi hasil budaya yang memaknai fungsi dan mengisi sejarah.Suatu warisan bentuk sasanti/prasasti.Kita biasa melihat makna kosong tetapi semua itu lahir dari nilai penciptaan yang mempunyai dari seorang empu yang mendalami jati diri penjiwaan bangsa mempunyai bobot, kalau kita mau membaca,…..

  8. Salam kenal mas…

    keris dangan panjang >38 cm (jogja 32-34 cm, solo 34-36cm,bugis 30-34,bali/sumbawa 40-50 cm,dsb…ini umumnya loh 😀 )…..dikatakan keris yang diluar pakem keris, bukannya jaman dulu tidak ada yng spt ,ada sih ada cmn itu lebih bersifat pesenan khusus.

    sy baca diatas mas bayu punya warangka yg nganggur????…boleh donk…saya tempil…terutama kalo ada pendoknya..

    Bayu Dardias
    Thanks for comments, yang nganggur sudah dibopong yang comment pertama je 🙂

  9. Wah…..masih ada lebihan..gak????
    kapan boleh liat2x koleksinya?????……………

  10. QUOTE :
    c4hkri5 wrote :
    Wah…..masih ada lebihan..gak????
    kapan boleh liat2x koleksinya?????……………

    ———-
    Wah… jan ono neng ngendi2 komentar e Raden Mas c4hkri5 iki, masih selalu berburu pusaka diamana, hehehe..

    Salaam,
    http://keris.fotopic.net

    Bayu Dardias
    Alhamdulillah dikunjungi mas hidayat, Koleksi Fotonya di fotopic sudah saya nikmati lama sekali….Thanks Mas

  11. 😛 seneng baca artikelnya, sy baru saja mboyong keris pamornya gak begitu jelas tp katanya pamor sutro banyu, sy jg msh awam soalnya, kalau mas ada info mengenai sejarah pamor itu, boleh donk diemail ke sy syukur2 fotonya sekalian, bersyukur msh ada yg muda2 yg njawani..hehehe..Trims berat

  12. Saya merasa tertusuk saat saya ngobrol dengan bos saya,dan berakhir dengan kesimpulan, jangan remehkan orang dengan hanya melihat apa yg bisa dilihat,,”seperti orang jawa, kerisnya di belakang, ga terlihat dari depan.”
    BAAANGGG… Saya orang jawa dan sama sekali tidak tahu mahakarya ini.

  13. Wahh…. bagus mas tulisannya. Benar sekali apa yang dikatakan Almarhum Mpu Djeno Harumbrojo, kebetulan kamipun pernah bertemu dan bertatap muka langsung dengan beliau. Secara pribadi saya pengagum Almarhum bahkan beberapa ilmu beliau saya aplikasikan langsung pada karya karya tosan aji khususnya senjata etnik Jawa Barat yaitu Kujang. Waktu itu saya ktemu Almarhum sekitar Th. 2005, saya utarakan kalau saya sedang merintis pembuatan baja pamor di Jawa Barat dan sudah dimulai sejak Th. 1996. Dengan santun dan rendah hati beliau memberikan semangat dan dorongan, agar terus maju dan melestarikan Budaya ini. Kami perhatikan juga keris karya beliau memang sangat bagus dan memiliki tingkat kesulitan yang cukup tinggi, terutama buat saya sebagai pemula. Mungkin ini penting agar salah satu saudaranya dari Almarhum juga seorang Mpu, agar dilindungi oleh Pemerintah Yogyakarta, keliatannya ilmunya diturunkan dan diwariskan pada Mpu tersebut. Almarhum Mpu Djeno Harumbrojo (kalau tidak salah) tidak punya keturunan dan beliau adalah Mpu terakhir dari mataram kalau melihat silsilah dari Keraton Yogyakarta.

    Mengenai perkembangan baja pamor (Damascussteel), kalau saya amati cukup berkembang pesat terutama di negara Eropa dan USA. Sebuah perusahaan yang bernama Damasteel AB dari Swedia, telah mengembangkan pembuatan material baja pamor dengan Powder Metallurgy Technologi dan produk yang dihasilkannya pun bukan saja baja pamor tetapi Stainlessteel Pamor (Stainlessteel Damascus). Untuk aplikasinya bukan lagi terbatas untuk produk pisau seni tetapi untuk accessories seni lainnya seperti blok jam tangan, cincin, gelang, vas bunga, dll. Memang wajar sekali perkembangan disana lebih pesat karena ilmu pendukung yaitu Material Science dan Metallurgy juga sangat pesat berkat dukungan R&D nya. Bahkan secara marketing mereka sudah menyebarkan distribusi dan untuk Asia ada di China. Campuran Baja Karbon Medium, Baja Karbon Tinggi dan Nikel dengan kemurnian minimal 98% telah menghasilkan Ornamen Pamor (Damascene) yang indah, begitu pula pamor stainlessteel yang merupakan paduan dari Stainlessteel Standard AISI 304 dan 316L, telah menghasilkan ornament pamor yang indah dan banyak diaplikasikan pada produk peralatan makan (Table Ware).

    Kita memang sulit kalau harus membuat pamor dari meteor, tetapi untuk para Mpu muda atau siapapun yang tertarik dengan seni tosan aji khususnya baja pamor, material alloys steel (Baja Paduan) banyak tersedia di pasar begitupun dengan nickelnya. Tetapi bila kita amati unsur yang terkandung didalam meteorpun juga hampir sama didalamnya mengandung Nickel, Crhom dan Molibden, makanya dalam pembuatan baja pamor Nickel dipakai sebagai bahan pengganti Meteor. Jadi jangan takut anda semua masih bisa berkreasi dan menciptakan baja pamor untuk di aplikasikan produk seni apa saja sesuai ekspresi anda. Tapi mohon maaf ini hanya sedikit berbagi pengetahuan dari theory dan praktek yang sudah kami kerjakan. Silahkan anda hubungi dan kunjungi blog kami http://kujangpamorsiliwangi.wordpress.com/ saya berharap kritikan serta saran dari anda semua agar rumah kreasi seni kami dapat menjadi besar. Mohon diperhatikan tulisan ini kami buat secara singkat dan saya hanya memandang dari sisi SENI saja. Terima kasih.

  14. wah luar biasa comment nya. Ini adalah comment terpanjang yang pernah ditulis di blog ini.
    Almarhum memang tidak memiliki putra, tapi mewariskan sebagian ilmunya kepada anak angkat beliau yang menjadi pegawai pemkot Yogyakarta. Mpu Djeno sendiri mengaku hanya mendapatkan kurang dari 60% ilmu perkerisan yang diturunkan dari ayahnya. Beliau juga berkata kalau yang diturunkan ke anak angkat beliau ini kurang dari 50%.
    Nah, bangsa ini membutuhkan penerus seperti mas Hidayat.. Sukses…

  15. situs yang saya tunggu2. 😆
    mas Bayu alamatnya dimana ?
    Biar bisa diskusi lebih enak gitu… :mrgreen:

    Bayu Dardias

    Nah ini masalahnya mas Aldi. Saya sekarang tinggal di Canberra untuk study. Setidaknya sampai awal 2010. Tapi saya sering ngobrol di rumah orang yang comment pertama, silakan dikontak, pasti welcome…

  16. mas, saya penggemar keris. kalo tak salah, mas Bayu pernah memperlihatkan gambar Koleksi keris jalak dari museum Leiden ya? tolong dong saya di kasih gambarnya tolong ke Email prajogosoebroto@yahoo.co.id thanks sebelumnya ya

    salam,
    Prajogo


    Sudah dikirim mas, bisa juga liat di Facebook (bayu dardias kurniadi)

  17. mas, kok e mail panjenengan belum masuk ke saya ya, tentang keris JALAK BUDA yang ada di museum LEIDEN itu lho. terus maksud lihat di FACEBOOK apakah bukan dapur Tilam Upih itu? sory ya saya kurang pandai pake internet. tetapi saya memang sekarang senang koleksi keris dan sedang butuh gambar itu untuk membuat Replikanya atau butuh ide mau bikin keris baru. thank sebelumnya ya.

    Dear Pak Prajogo,
    Saya sudah email ulang lagi, gak tahu kenapa kemarin tidak sampai dan tidak terjejak di folder sent. facebook adalah jejaring sosial di internet (yang didominasi anak muda), alamatnya di facebook.com.
    Maaf, saya tidak hapal tentang dapur tosan aji (termasuk tilam upih). Saya hanya penggemar kelas teri yang harus lihat Ensiklopedia untuk memastikan jenis tosan aji.
    Kemudian, seingat saya, tidak ada keris Jalak Buda yang dipajang ketika saya ke sana (pihak museum mengganti tampilan koleksi secara berkala).
    Koleksi Museum Volkenkunde bisa dilihat disini:
    http://www.rmv.nl/index.aspx?lang=en

    Thanks for comment

  18. saya Nurman Agus Santoso
    Mempunyai keris sekitar 500 biji ingin saya lepas dan obral
    harga antara 200rb s/d 20 juta,dijamin kuno peninggalan orang tua
    bisa marangi atau konsultasi masalah keris
    siapa berminat hubungi
    081392091181
    saya beralamat di Dusun Ponalan, Desa Tamanagung,Kecamatan Muntilan
    Magelang , Jawa tengah, indonesia

    Bayu Dardias
    Waduh gimana nih, kok jadi ajang promosi 😐 . Saya approved comment ini untuk manunjukkan variasi comments di posting ini. Comment sejenis akan direject.

  19. wah sangat bagus artikel nya…

    maap baru belajar tentang keris…

    heheheheehe…

    eh iya sekalian promosi…

    sbentar lage blog saya yg jual keris mertua saya akn segera louncing…

    dgan kerendahan hati supaya anda2 dapt mampir ke blog saya…

    terimaksaih..

  20. beda keris jogja n solo bmn?
    sekarang kan banyak yang modif2 tuh. dicampur2.
    lagi mo cari keris gaya jogja asli nich.

    untuk perlengkapan / kelengkapan manten.
    any information can i get that keris??? 😀

    bales ke ym or email yah. thx u 🙂

    Bayu Dardias:
    Setahu saya tidak ada perbedaan signifikan antara keris gaya Jogja dan Solo. Keduanya berasal dari keraton Mataram (Kasultanan Yogyakarta adalah pecahan dari Kasunanan Solo pasca perjanjian Giyanti 1755). Jika digunakan untuk perlengkapan manten, dapurnya tidak terlalu kelihatan, jadi lebih diutamakan warangkanya (sarungnya). Anda bisa mencari keris di Pasar Beringharjo sebelah belakang di dekat perlengkapan penganten. Walaupun sebagian besar keris gaya baru, tapi bentuknya indah.

  21. gara2 temen suruh jualin keris sutro banyu, aku jadi cari2 data, eh ketemu blog anda mas, menarik dan harus dilestarikan budaya java ttg kerisnya, terimakasih telah membukakan mata saya ttg per-kerisan, banyak teman2 apalagi istri, yg bernada negatif ttg keris dlm arti isoteri, mudah2an saya sebagai orang yg lahir ditanah jawa bisa melestarikan kebudayaan ini, dan memang harus disosialisasikan pengetahuan ttg keris ini,kepada masyarakat umum, tak kenal maka tak sayang,makasih sekali lagi atas blognya.

    Bayu Dardias

    Sama-sama mas…

  22. Tuan,
    Tulisan Tuan sangat berisi, saya kagum dgn ulasan Tuan tentang Keris.
    Saya merupakan seorang peminat keris dari Melaka dan amat tepat kata2 Tuan yg Keris adalah senjata bukan Tuhan, saya sokong 100%.
    Sejak dari kecil saya memang meminati kesenian keris dan kebetulan ditakdirkan saya bertemu jodoh dgn org Jawa Tengah, org Jogja.

    Saya dihadiahkan sebilah keris dari mertua saya, keris lurus, wrangkanya gayaman, tidak pasti gayaman solo atau lainnya.
    Apa yang tidak disenangi saya ialah keris itu disuruh jaga seperti ianya bernyawa atau berpenunggu gitu, jika dijaga boleh menambahkan rezeki dan melindungi keluarga, jika tidak dijaga rapi bisa mudaratkan diri dan keluarga, kata bapa mertua saya.
    Saya tidak bersetuju tentang ini, sungguh pun saya tidak menyuarakannya kepada Bapa mertua demi untuk menghormatinya, tapi saya tidak menjaga seperti yg disuruh sebaliknya saya teramat mengagumi kehalusan dan keseniannya sehingga kalau hari cuti sepenuh masa saya akan membeleknya.
    Malah di kampung halaman saya ada pencinta keris mahu membelinya dari saya dgn harga yg amat tinggi tapi saya sudah bersumpah dan diamanahkan oleh mertua saya yg keris ini tak akan diturunkan pada sesiapa kecuali pada anak cucu saya sendiri.
    Alhamdulillah walau saya tidak mengamalkan apa yg disuruh oleh mertua saya, dgn izin Allah SWT keluarga saya sejahtera.
    Maka benarlah kenyataan Tuan yg Keras ini senjata bknnya Tuhan.
    Saya setuju jika kesenian dan kunikan keris ini milik kita org Nusantara dijaga rapi, memang benar kebanyakan keris yg ampuh adalah dari Jawa, pahlawan Melayu yg terunggul Hang Tuah juga memakai keris Taming Sari asal dari Jawa.
    Ayuh kita sama2 menjaga hak dan keunikan Keris warisan nenek moyang kita. InsyaAllah.

    Bayu Dardias
    Thanks for comment. Jika anda sempat main ke Yogyakarta dan mencuci keris di daerah Banyusumurup, Bantul, akan sangat terlihat bagaimana keris dicuci dan dirawat, sangat jauh dari nuansa kemusrikan itu.

  23. Tuan,

    Terima kasih infonya, InsyaAllah tahun depan saya berangkat ke sana.
    Tidakkah Tuan tahu bedanya Keris Melayu dan Jawa?, kerna dari mata saya, org awam yg masih baru mengenal keris ini bedanya cuma hulu dan wrangkanya.
    Klu Tuan ke museum kesultanan Melaka, Tuan pasti akan berasa bangga kerna, kebanyakan keris ampuh yg dipakai oleh pahlawan melayu Melaka adalah berasal dari Jawa.
    Klu Tuan ada info tentang beda antara keris Melayu dan Keris Jawa, tolong berikan.
    Terima Kasih.

    Bayu Dardias
    Maaf mas, saya kurang tahu bedanya. Saya sarankan anda membeli ensiklopedi keris jika nanti sampai ke Indonesia. Tapi saya yakin jika anda bertemu ahli keris dari Jawa, mereka akan mudah membedakannya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.